Pendidikan

Gus Miftah Ajak Ratusan Pelajar Trenggalek Belajar Wawasan Kebangsaan dan Radikalisme

Diterbitkan

-

Gus Miftah Ajak Ratusan Pelajar Trenggalek Belajar Wawasan Kebangsaan dan Radikalisme
TALK SHOW: Suasana Talk Show Kebangsaan bersama Gus Miftah di GOR Gajah Putih Trenggalek. (Memontum.com/mil)

Memontum Trenggalek – Menjadi pembicara dalam acara talk show, Miftah Maulana Habuburrohman atau yang sering disapa Gus Miftah, mengingatkan pentingnya wawasan kebangsaan dihadapan ratusan pelajar di Kota Keripik Tempe. Bertempat di GOR Gajah Putih, pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta, ini mengajak seluruh pelajar yang hadir untuk lebih mencintai Bangsa Indonesia.

Dikonfirmasi seusai acara, Gus Miftah menyampaikan secara detail terkait dengan upaya pencegahan radikalisme dan ujaran kebencian. “Hari ini saya menghadiri talk show bersama pelajar di Trenggalek, terkait wawasan kebangsaan. Dan ini adalah ikhtiar kita dalam hal memberikan pemahaman tentang wawasan kebangsaan khususnya kepada pelajar,” ungkapnya, Kamis (23/02/2023) siang.

Dengan ikhtiar ini, diharapkan anak-anak memiliki wawasan kebangsaan yang baik dan benar. Bagaimana cara mencintai dan mempertahankan ideologi bangsa ini serta bagaimana cara bertoleransi kepada sesama.

Disinggung soal paham radikalisme, Gus Miftah menyebut salah satu cirinya menyalahkan perbedaan agama. “Salah satu ciri-ciri radikalisme adalah selalu berpikiran kalau perbedaan agama itu salah. Padahal, masyarakat Indonesia ini berbeda-beda. Mulai dari suku, ras dan agama. Dan sampai saat ini, terbukti menjadi ideologi yang ampuh untuk mempersatukan diri,” terang Gus Miftah.

Dirinya mencontohkan, dalam Liga Arab ada 22 negara. Dari puluhan negara ini, disatukan dalam bahasa yang sama, tetapi tidak berdiri menjadi 1 melainkan terpisah menjadi 22 negara. Sedangkan di Indonesia, ada 726 bahasa dan lebih dari 1.200 suku, tetapi mereka bisa berdiri di 1 negara.

Advertisement

Baca juga :

“Ini bisa terjadi, karena kita bisa dipersatukan dengan ideologi yang sama yaitu Pancasila. Dan dalam Pancasila inilah, masyarakat diajarkan untuk toleransi,” imbuhnya.

Makanya, dirinya menegaskan upaya dalam meminimalisir terjadinya radikalisme adalah dengan memilih agama dan guru yang tepat. “Makanya selalu saya katakan, ikutlah pendapat ahli dan jangan ikuti yang ahli berpendapat. Karena semua orang itu bisa berpendapat, tetapi tidak mempunyai satu keahlian sekalipun,” papar Gus Miftah.

Terakhir, dirinya berpesan agar orang-orang tidak salah dalam memilih pergaulan. Ini dimaksudkan, agar orang tersebut tidak mudah masuk ke dalam paham radikalisme. Karena paham radikalisme ini bisa membawa seseorang bertindak intoleran terhadap sesuatu yang dianggap berbeda dari paham. Bahkan sangat fanatik, selalu merasa paling benar, dan menganggap segala hal yang berbeda dari paham mereka adalah salah. Merasa menjadi eksklusif membedakan diri dari orang dan kelompok lainnya

“Makanya, saya tegaskan bahwa orang yang salah pergaulan lebih bisa diberi nasihat daripada yang salah memilih pengajian. Karena banyak pengajian-pengajian yang mengajarkan kebencian, paham radikalisme dan lain sebagainya,” tegasnya. (mil/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas