Kabar Desa

Nyadran Dam Bagong, Bupati Arifin Larung Kepala Kerbau Suryo Maeso Tunggo

Diterbitkan

-

LARUNG: Bupati Arifin saat melarung Kepala Kerbau Bule Suryo Maeso Tunggo di Dam Bagong Trenggalek. (memontum.com/mil)

Memontum Trenggalek – Usai dikirab dari Desa Kerjo menuju Pendopo Manggala Praja Nugraha dan kemudian diserahkan kepada warga Kelurahan Ngantru untuk disembelih, kerbau yang disedekahkan dalam tradisi Nyadran Dam Bagong dilarung. Tradisi Nyadran Dam Bagong ini, adalah tradisi pelemparan tumbal kepala kerbau.

Tradisi ini dilakukan, untuk mengenang seorang ulama yang menyiarkan agama Islam di Trenggalek, yaitu Adipati Menak Sopal. Dimana kala itu, berperan penting terhadap kehidupan warga Trenggalek pada masa itu, khususnya wilayah Dam Bagong. Adipati Menak juga membangun pengairan sawah masyarakat di kawasan itu.

Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, dalam prosesi itu berkesempatan langsung melarung kepala, berikut kaki dan kulit Kerbau Bule yang dinamakan warga setempat Suryo Maeso Tunggo ke dalam Dam Bagong. Sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun, bahwa kepala, kaki dan kulit kerbau ini dilarung  kemudian diperebutkan warga.

“Terima kasih seluruh masyarakat Ngantru dan Masyarakat Desa Kerjo, serta masyarakat yang juga menerima manfaat aliran Sungai Dam Bagong. Terima kasih ini bentuk syukur. Kerbaunya memilih yang terbaik, jadi syukurnya betul-betul syukur,” kata Bupati Arifin, Jumat (07/06/2024) tadi.

Tradisi Nyadran Dam Bagong ini, diperingati setiap hari Jumat Kliwon Bulan Selo atau Bulan Zulkaidah dalam kalender Hijriah. Ritualnya diawali dengan tahlilan di samping makam Adipati Menak Sopal.

Advertisement

Baca juga :

Kemudian, dilanjutkan dengan ziarah makam yang diikuti oleh tokoh masyarakat dan warga. Sementara itu, di halaman sekitar komplek pemakaman disajikan hiburan tarian jaranan yang diikuti musik gamelan.

Puncaknya, adalah pelemparan tumbal kepala kerbau ke dasar Dam Bagong. Kemudian, acara pun dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit.

“Ini bertujuan untuk tolak bala serta ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, atas keberhasilan pembangunan Dam Bagong yang sangat besar manfaatnya. Selain itu, tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan terima kasih kepada Adipati Menak Sopal karena telah membangun Dam Bagong,” terangnya.

Adapun makna khusus yang terkandung dalam Tradisi Nyadran Dam Bagong ini, yakni bergotong-royong. Dimana, ini tidak terlihat perbedaan antara warga yang berkecukupan dengan warga yang kurang mampu.

Masyarakat sangat kompak pada saat menyiapkan kebutuhan dan perlengkapan yang digunakan saat peringatan upacara Tradisi Nyadran Dam Bagong. “Semoga bentuk gotong royong dan kekompakan antar warga ini bisa saling kuat. Juga, sedekah ini nantinya akan digantikan rizqi yang melimpah. Dan, segera diberikan hujan yang juga bisa menjadi berkah bagi para petani kita di Trenggalek,” harap Mas Ipin-sapaan akrabnya. (mil/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas