Pemerintahan

Sidak Trenggalek, Wagub Emil Dardak beri Bantuan Dua Alat Oksigen Konsetrator

Diterbitkan

-

Memontum Trenggalek – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di Kabupaten Trenggalek. Tidak hanya itu, dalam kunjungan pemantauan perkembangan kasus Covid-19 itu, juga menyerahkan bantuan dua alat oksigen konsetrator.

Kunjungan sendiri, sengaja langsung menyasar ke RSUD dr Soedomo Trenggalek, karena sempat dikabarkan terjadi over load. Sampai-sampai, ruang tunggu IGD harus dirombak menjadi ruang perawatan dadakan, karena tingginya pasien Covid-19.

Baca Juga:

    “Kedatangan saya ke Trenggalek, juga sekaligus menyerahkan bantuan dua alat oksigen konsentrator. Harapannya, ini bisa membantu mengoptimalkan penanganan pasien Covid-19, meskipun jumlahnya tidak banyak. Kunjungan ini, sekaligus meninjau langsung perkembangan kasus Covid-19 di sini (Trenggalek, red),” ungkap Wagub Emil, Jumat (13/08) sore.

    Didampingi Wakil Bupati Trenggalek, Syah Natanegara beserta jajaran, orang nomor dua di pemerintah Provinsi Jatim ini, juga turut berterima kasih atas langkah cepat Komandan Korem (Danrem). Karena sudah merespons pemberitaan ruang perawatan Covid-19 di Trenggalek, yang sampai over load.

    “Kami juga mengucapkan terima kasih kepada segenap Pemerintah Kabupaten Trenggalek, termasuk Pak Kadinkes maupun Direktur RSUD dr. Soedomo, yang telah melakukan gerak cepat, mengkonversi unit non-Covid menjadi Covid untuk menampung pasien,” imbuhnya.

    Advertisement

    Pihaknya mengaku, khawatir apakah memang terjadi lonjakan pasien yang besar di Kabupaten Trenggalek. Bahkan, sebelumnya dirinya sempat berdiskusi sebelum melakukan peninjauan ke lokasi.

    “Jadi kita ingin melihat dahulu, bagaimana sebenarnya posisi Trenggalek hari ini. Saya ingin menegaskan kepada teman-teman, bahwasannya ini data yang ada di database Kementrian Kesehatan,” terang Wagub Emil.

    Sesuai data ini, memang jumlah kematian di Trenggalek tergolong tinggi, yakni sudah di Level 4. Tetapi kasus konfirmasinya, masih level 2. Ini ada kemungkinan tingkat kematiannya memang lebih tinggi atau banyak kasus konfirmasi yang belum ditemukan.

    Namun, setelah dicrosscheck di pemkab yang bersangkutan, kenyataannya antigen sudah digencarkan selama ini. Di input ke dalam New All Record (NAR), tetapi tidak keluar dalam rekapan yang ada di kementrian kesehatan.

    “Ini yang akan kami laporkan kepada Pangdam dan Gubernur. Selanjutnya, akan ditindak-lanjuti kedalam tatanan pemerintah pusat. Karena misalnya, kita tidak memberikan angka tersebut dengan tepat maka akan susah menginterpretasikan kondisi ini dengan tepat,” katanya.

    Advertisement

    Sambil menunjukkan data kementrian, suami Arumi Bachsin ini menyampaikan, jika angka tracing yang tercatat relatif kurang. Bisa jadi, ini dikarenakan tidak dilakukan tracing, namun mungkin terkendala dalam pengisian sistem yang disebut dengan Silacak.

    Berdasarkan data, per tanggal 30 Juli, terjadi upaya peningkatan tracing. “Tapi ini yang ingin kita pastikan apakah sudah mencerminkan betul kerja keras dari Dandim, Kapolres dan segenap Forkopimda, yang telah menerjunkan Babinsa, Babinkamtibmas untuk memasukkan data,” tutur Wagub.

    Mantan Bupati Trenggalek ini menjelaskan, satu kontak erat idealnya ada 15 yang di tracing. Target terakhir, seperti arahan Menko Marves itu delapan. Cuma kenyataannya, memang ada resistensi dari masyarakat yang ditracing.

    Hal ini yang harus segera diatasi segera. Salah satu yang prioritas yang ada di Trenggalek, minimal orang yang serumah itu, dilakukan rapid antigen dahulu. Dan tidak diperkenankan keluar rumah sebelum hasil antigen itu negatif.

    Dengan begitu, tambahnya, seharusnya angkanya akan berkurang. Karena menurut data ini, baru sekitar 50 persen yang ditindak lanjuti (sesuai data kementrian, red). Rencananya, dari pihak pemkab akan memberikan data pembanding versinya pemkab. Sehingga, memungkinkan bisa dilakukan analisa situasi sekarang.

    Advertisement

    Yang paling urgent, terangnya, adalah memastikan rumah sakit Soedomo, siap menampung pasien. Saat dicermati situasinya, angka kematian yang dikhawatirkan itu kaitannya dengan keterbatasan fasilitas ruang perawatan. Akan tetapi, lonjakan yang terjadi itu juga dikarenakan beberapa rujukan dari rumah sakit darurat Covid-19 yang tidak sanggup menangani pasiennya lagi.

    “Saya ingin mengapresiasi langkah Bupati, karena kondisi Trenggalek sudah benar bila memperbanyak rumah sakit darurat yang terdesentralisasi. Tinggal bagaimana kita mendorong masyarakat, bagaimana mereka memanfaatkan itu dengan sebaik baiknya,” sambungnya.

    Sementara itu, Wakil Bupati Trenggalek Syah Natanegara, menyebut soal kondisi riil kasus Covid-19 di daerahnya. “Sebenarnya, kita sudah mulai membaik, seperti tadi yang disampaikan oleh Pak Wagub. Bahwa ini adalah salah satu ikhtiar kita untuk menjadikan Trenggalek, benar benar bisa lebih baik lagi,” ujar Wabup Syah. Patut disyukuri, tambahnya, jika Pemkab Trenggalek mendapatkan support dari Pemprov Jatim kemudian Korem 081/DSJ Madiun. “Tadi kita juga mendapatkan bantuan dari Pak Wagub, berupa dua alat konsetrator oksigen. Semoga, ini dapat bermanfaat maksimal dalam penanganan wabah Covid-19 di Trenggalek. Semoga saja kita segera bisa merealisasikan oxymeter untuk masyarakat,” tuturnya. (mil/sit)

    Advertisement
    Click to comment

    Tinggalkan Balasan

    Terpopuler

    Lewat ke baris perkakas