Pemerintahan

Hari Jadi Ke-830, Bupati Arifin dan Istri Kenakan Busana Ageman Agung Trenggalek

Diterbitkan

-

HARI JADI: Bupati Arifin dan istri, Novita Hardiny, saat mengenakan Ageman Agung Trenggalek, di prosesi Hari Jadi ke 830 Trenggalek. (memontum.com/mil)

Memontum Trenggalek – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin bersama istri Novita Hardiny, yang juga Ketua TP PKK Trenggalek, menjalani prosesi Hari Jadi ke-830 Trenggalek dengan mengenakan busana adat yang tidak biasa. Ya, di Hari Jadi Trenggalek tahun ini mengangkat tema ‘Pinayungan Kaluhuran’ (tersirat doa dan harapan).

“Jadi tema busana yang kita pakai kali ini adalah Ageman Agung Trenggalek. Atau, kalau dalam adat Jawa, luaran yang kita pakai ini namanya sikep (selubung). Yang mana dapat diartikan, semua yang menyelubungi kita adalah hal-hal baik. Seperti yang terlihat di busana ini ada jahitan bertuliskan tauhid ( La ilaha illallah), bahwa kita sadar tiada daya dan upaya kecuali ada pertolongan Tuhan YME,” kata Bupati Arifin, saat dikonfirmasi, Sabtu (31/08/2024) tadi.

Tidak hanya itu, dalam busana yang dikenakan Ketua TP PKK Trenggalek, Novita Hardiny juga terdapat payet berbentuk Bunga Matahari. Dimana kelopak bunganya berjumlah delapan, yang menunjukkan delapan mata angin dan angka yang tidak terputus. “Semoga berkah kita semua tidak terputus. Dan manfaatnya bisa ke segala arah,” tambahnya.

Kemudian kancing dalam busana yang dipakai Bupati Arifin, juga berjumlah enam (tiga lengan kanan dan tiga lengan kiri, red) dengan bentuk Garuda. “Kita tahu, Garuda ini adalah simbol negara kita Indonesia. Dan angka enam itu merupakan rukun iman kita. Sehingga, saya percaya dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa mampu menuntun masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,” tutur Bupati Arifin.

Sebelumnya, rangkaian Hari Jadi ke 830 Trenggalek ini diawali dengan kegiatan jamasan pusaka, ziarah leluhur, doa bersama (tirakatan), kirap pusaka dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit malam hari nanti. “Adapun tiga pusaka yang dikirap ada tiga penjuru ini diantaranya pusaka pemberian Ngarep Dalem berupa Tombak Woswigyomurti dan Payung Ayomsih serta Pusaka Korowelang. Tadi juga ada box hitam yang bawa, jadi ini yang diruwat yang dijamas dan dikirap bukan hanya pusaka Trenggalek tetapi juga orang yang memiliki kebijakan di Trenggalek. Sehingga jalannya pemerintahan bisa berjalan baik,” jelasnya.

Advertisement

Baca juga :

Mas Ipin-sapaan akrabnya, menyampaikan harapan di usia ke 830 Trenggalek tahun ini benar-benar sesuai tema yakni Pinaringan Kaluhuran. Meski saat ini situasi masyarakat seperti musim politik, tekanan ekonomi, geopolitik dan peperangan dimana-mana merupakan faktor eksternal yang mana dalam falsafah jawa adalah kayangan.

“Semoga kayangan kita ini tidak gonjang-ganjing, dan semoga semua masyarakat di Trenggalek adem, makmur, tentram serta tercukupi,” ujar Bupati Arifin.

Disinggung soal karangan bunga yang tak seperti biasa, pemimpin muda ini menyebut jika pihaknya telah membuat kebijakan kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD), untuk tidak menggunakan karangan bunga dari styrofoam melainkan berupa bibit tanaman sama seperti tahun sebelumnya. Hal itu, merupakan komitmen pembangunan berkelanjutan.

“Kita tahu jika saya sangat konsen dengan pembangunan berkelanjutan dan Bu Novita konsen ke pemberdayaan wanita. Daripada mubazir, sama-sama karangan bunga. Jika biasanya dari styrofoam yang sampahnya tidak bisa diolah, ya mending karangan bunga ini benar-benar bibit bunga atau tanaman yang nanti bisa ditanam lagi,” paparnya. (mil/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas