Berita

Jalani Rangkaian Prosesi Adat Ngunduh Mantu, Bupati Trenggalek Pasang Bleketepe

Diterbitkan

-

Jalani Rangkaian Prosesi Adat Ngunduh Mantu, Bupati Trenggalek Pasang Bleketepe

Memontum Trenggalek – Mengawali prosesi Ngunduh Mantu, Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin dan Istri, Novita Hardini Mochamad jalani prosesi adat Bleketepe di Pendopo Manggala Praja Nugraha.

Sepeti yang terlihat di lokasi, nuansa adat Jawa tampak terlihat menjelang acara Bupati Ngunduh Mantu yang akan digelar besok. Acara ini sekaligus sebagai salah satu upaya melestarikan budaya warisan leluhur.

Bupati Trenggalek bersama istri saat memasang Bleketepe di pendopo agung Manggala Praja Nugraha jelang acara Ngunduh mantu besuk. (ist)

Bupati Trenggalek bersama istri saat memasang Bleketepe di pendopo agung Manggala Praja Nugraha jelang acara Ngunduh mantu besuk. (ist)

Bopo Parlan selaku pembawa acara kegiatan ini menuturkan jika mulai dari Bleketepe, Pasren Tarub merupakan simbol adat Jawa.

“Bleketepe sendiri terbuat dari anyaman daun kelapa yang artinya alas atau tempat bahan pangan. Pemasangan Breketepe ini dimaksudkan agar bahan makanannya nanti bisa berkecukupan dan tidak kekurangan,” kata Suparlan, Sabtu (07/03/2020) sore.

Dikatakan Parlan, arti kedua adalah alas. Ketika orang Jawa punya gawe mantu atau yang lainnya, Bleketepe ini dipasang, menandakan acara ini siap dimulai dan Bupati siap menerima tamu siapa saja.

“Inilah filosofi jawanya,” imbuhnya.

Advertisement

Prosesi Bleketepe ini diawali keluarnya Bupati Trenggalek dan Istri dari ke diaman didampingi para Kepala OPD dengan iringan gending-gending Jawa.

Setelah menjalani serangkaian prosesi adat kemudian Bupati memasang anyaman daun Kelapa (Bleketepe) di depan rumah, menandai bawasannya siap menerima tamu.

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin mengatakan bahwa sebenarnya ini ubo rampe yang menyimbolkan doa.

“Kaya semacam Tebu yang artinya mantebing kalbu. Orang nikah memang harus manteb tekadnya,” ucap Bupati.

Selain itu, ada pisang yang diartikan pernikahan itu sekali seumur hidup. Kemudian Bleketepe, ibaratnya orang punya gawe harus mau menjamu tamu siapapun dan masih banyak yang lainnya.

Advertisement

“Ada banyak tadi, namun saya mengganggap ini sebagai sebuah adat yang memang perlu untuk dilestarikan,” pungkasnya. (mil/oso)

 

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas