KREATIF MASYARAKAT

Mengintip Produksi Batik Ciprat Ala Penyandang Disabilitas di Trenggalek

Diterbitkan

-

Proses produksi batik ciprat.
Proses produksi batik ciprat.

Memontum Trenggalek – Meski dengan keterbatasan yang dimiliki, tak menyurutkan semangat kaum disabilitas di Kabupaten Trenggalek untuk berkreasi.

Melalui program dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur terkait pengembangan Kampung Inklusi, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Trenggalek memberikan pelatihan membuat batik ciprat bagi penyandang disabilitas.

Staf Pengelola Data Bansos dan Hibah Dinas Sosial P3A Kabupaten Trenggalek, Indra Prasetyo Budi Apnanto mengatakan, kegiatan ini berawal dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur tentang pengembangan kampung inklusi.

Kampung inklusi ini merupakan pusat rehabilitasi berbasis komunitas, peran serta kaum disabilitas, keluarga disabilitas dan masyarakat.

“Di kampung inklusi ini dimungkinkan kaum disabilitas maupun non disabilitas bisa bekerjasama. Kebetulan disini memproduksi batik ciprat dan gula semut. Akan tetapi, untuk gula semut ini produksi masih dihentikan karena proses pembuatannya dirasa cukup berat bagi teman-teman disabilitas,” ungkap Indra sapaan akrabnya saat dikonfirmasi, Rabu (02/12/2020) siang.

Advertisement

Ia menyebut perkembangan produksi batik ciprat yang mulai dibuka Agustus 2020 cukup banyak peminat. Bahkan, sudah ada puluhan pesanan batik ciprat mulai dari dalam Trenggalek maupun luar kota.

Para penyandang disabilitas saat menunjukan produk batik ciprat dengan motif yang berbeda.

Para penyandang disabilitas saat menunjukan produk batik ciprat dengan motif yang berbeda.

Untuk proses pemasarannya sendiri, Dinas Sosial P3A Trenggalek menggandeng Kelompok Swadaya Mandiri (KSM) selaku pembina dari produksi batik ciprat ini.

“Di KSM ini juga terbagi menjadi link – link yang bergerak mulai bagian produksi hingga pemasaran. Sementara ini pemesanan batik ciprat bisa dilakukan via offline ataupun online melalui media sosial yang ada,” imbuhnya.

Mengingat produksi batik ciprat ini masih tergolong baru, Dinas Sosial P3A Trenggalek semakin gencar melakukan promosi.

“Kami juga punya harapan, nanti kampung inklusi ini bisa berkembang di tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek. Dan juga proses produksi bisa setiap hari dilakukan,” kata Indra.

Selain fokus ke produksi batik ciprat, Dinas Sosial juga akan melakukan pengembangan lain seperti produksi baju dari bahan batik ciprat itu sendiri dan tempat cuci kendaraan bermotor.

Advertisement

“Karena kita masih terkendala sarana prasarana yang ada. Bahkan untuk lokasi produksi ini juga diberikan secara cuma-cuma oleh Pondok Gunung Kebo. Jadi kita perlu adanya penambahan fasilitas lain seperti pengolahan air limbah,” tegasnya.

Sementara itu, Sri Utami koordinator produksi menuturkan proses pembuatan batik ciprat ini tidak memerlukan waktu yang lama.

“Prosesnya, mulai dari pemotongan kain lalu diberi pewarna dasar kemudian di jemur dibawah terik matahari. Selanjutnya adalah penguncian warna menggunakan water glass. Hal ini dimaksudkan agar warna dasar tidak berubah,” jelas Sri.

Setelah itu, kain diberi motif dengan menggunakan malam (Red : lilin batik). Disinilah kreatifitas mulai ditunjukkan. Untuk pemberian motif ke kain ini bisa dilakukan dengan menggunakan sapu lidi, garpu, kuas, dan canting.

“Baru setelah itu dilakukan pewarnaan kedua menggunakan pewarna yang lebih gelap. Misalnya, hitam, maroon, biru dongker dan lainnya. Tapi bagi pemesan juga bisa request warna, motif dan juga ukuran kainnya. Jika ingin menambah aksen dalam kain ini, pemesan juga bisa membubuhkan tandatangan, nama maupun aksen yang lain,” ungkapnya.

Advertisement

Masih terang Sri, proses selanjutnya adalah penguncian warna dengan water glass untuk kedua kalinya. Lalu kain di siram menggunakan air mengalir, dan baru direbus menggunakan air mendidih selama 5 menit. Hal ini berfungsi untuk menghilangkan malam yang menempel pada kain.

Ia mengaku, dalam proses produksi ini juga melibatkan teman – teman disabilitas yang mau belajar untuk membuat suatu karya yakni batik ciprat. “Dengan belajar dan memproduksi sendiri batik ciprat ini, tentu teman – teman bisa berdaya seperti orang normal pada umumnya. Dan tentu bisa menghasilkan penghasilan sendiri ,” pungkas Sri.

Disingung terkait harga jual batik ciprat ini, wanita paruh baya ini menyebut bervariasi. Mulai harga Rp 125 – 190 per lembar. Harga tersebut juga tergantung dari panjang bahan, dan tingkat pewarnaan yang bisa dilakukan hingga 3 kali. “Kami berharap produksi batik ciprat ini bisa berjalan dan bisa membantu perekonomian teman – teman disabilitas,” tutupnya. (mil/syn)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas